Saturday 4 April 2015

Tidak perlu dibaca menjelang 14 Mei 2015

[Karna isi blog ini jadi terlalu penuh dengan puisi picisan jadi aku buat cerita gamblang]

14 Mei [tahun 19xx] papa lahir di Sinabang, NAD. Aku suka papa sebagai papa. Papa tidak lagi muda, aku tidak tau juga tahun berapa dia lahir, jadi aku tidak tau pasti umurnya, yang pasti dia sudah tua. Sudah punya penyakit darah tinggi dan vertigo.

  Sama seperti aku, bintang papa Taurus. Golongan darahnya B. Papa seperti Royal Tenenbaums dan Don Vito Corleone. Pekerja keras dan suka belajar. Perfeksionis, rapih, teratur , tertata, keras kepala, pencemburu dan sombong. Tapi aku suka kesombongan papa. Papa juga kadang kasar dalam meledek orang tapi ketemukan itu candaannya konyol. Kadang dia berkata "anak setan" ketika meledek anak tetangga atau "setan alas" atau "si tolol" .Tapi selama papa yang berkata, terdengar jenaka. 

  Papa selalu menuntut untuk belajar sungguh-sungguh, dia selalu berkata kepadaku kalau pada jamannya saja dimana sulit dapat nilai bagus, hanya sekali dia dapat nilai 7 sebagai nilai terendah lalu dia lari kehutan dan menusuk-nusuk pohon pisang dengan pedang papahnya papa (tapi bukan ini inti maksudnya). Papa juga selalu bilang sewaktu SMA, dia sekolah di dua sekolah sekaligus, satu sekolah negeri saat pagi dan sorenya di sekolah swasta gratis (mesin atau teknik apalah aku lupa ).

  Dulu papa bekerja di pertamina sebagai kepala drilling. Lalu mendapat beasiswa dari pertamina untuk memperdalam sekolahnya di ITB. Makanya aku ingin juga ke ITB biar bisa membanggakan papa. Tapi aku punya nasib sendiri. Papa selalu kurang setuju dengan pilihanku di bidang seni, baik menggambar atau musik, dari dulu dia selalu memberikan aku buku-buku kuliahnya dulu seperti kalkulus (tentu saja tidak aku baca, pakai bahasa inggris juga) dan catatan rumus matematika yang di buat sendiri.

  Aku senang papa yang ini papaku. Karena aku bertaruh hanya dia papa yang suka menggendong anaknya sewaktu subuh ke halaman, dimana sudah dia gelarkan tikar, bantal dan selimut supaya aku bisa lihat bintang dan matahari terbit lalu sarapan bersama di halaman. Dia juga selalu memberikan kuis-kuis sekitar pengetahuan umum atau percakapan bahasa inggris di dalam mobil waktu kita sekeluarga jalan-jalan. Dia menyediakan rumah dengan halaman yang super luas dengan pohon buah-buahan jadi aku tau seperti apa pohon manggis, jati, rambutan, alpukat, durian, sawo, mangga, palm, karena itu semua ada dirumahku dan aku terbiasa memanjat pohon untuk memetik buah sendiri (kecuali durian dan alpukat juga palm dan jati). Papa selalu memberikan kami kelinci dari kecil. Papa mengajari aku menembak dengan air gun dengan peluru sungguhan (aku pernah disuruh menembak tikus yang terperangkap di jebakan tikus dengan umpan ikan asin yang dibuat mama padahal aku masih sd), papa juga pernah menembak tokek yang masuk kedalam rumah kami. Papa membawaku ke planetarium. Dan papa selalu berkata "Be careful Lia" ketika aku mau main sepeda atau berangkat sekolah kalau dia sedang ada di rumah. Hanya dia laki-laki yang kuperkenankan memanggilku Lia, yang lainnya aku tidak suka. Papa juga sangat mahir bersiul. Kalau di kamar mandi, dia bersiul lagu dangdut, bahkan siulannya bisa di vibrato.

   Dia selalu membawa hadiah-hadiah kecil kalau pulang, bahkan sampai sekarang. Kalau suara mobil papa terdengar dari luar aku suka berkata "Papa pulang, bawa keranjang digigit tikus sampai meletus" (mama yang mengajarkan ini ke aku, kaka dan rian) . Kadang dia juga suka bercerita sebelum aku tidur waktu aku masih tidur sama mama. Aku paling suka ketika papa mengelus punggungku waktu aku mau tidur. Cuma dia yang berbuat begitu.

   Papa seperti santa claus karena cuma sekali-kali saja datang, dan setiap kedatangannya selalu aku tunggu-tunggu dan selalu membawa hadiah. Dari dulu papa sering sekali dinas keluar negeri, makanya banyak surat dari papa yang dulu dikirim dari Paris,Perancis ; Oslo,Norwegia ; Edinburgh,Scotlandia; London,Inggris; Niigata,Jepang, New York, USA, California, USA dan masih banyak lagi. Sekali aku baca baru-baru ini surat-surat itu lagi, sedih juga aku dengan kalimat dari surat papa yang dikirim dari Paris, begini katanya "Kaka dan de Lia harus belajar sungguh-sungguh biar kelak bisa lihat Perancis sendiri seperti Papa" . Kalimat itu terus terngiang semenjak aku baca surat papa lagi, jelas saja jadi berkesan sekarang ini karna dulu aku mungkin masih tk jadi tidak mengerti dan baru ketemukan lagi dan ku baca diam-diam dari tempat penyimpanan papa yang disusun rapi.

  Intinya, aku rindu. Aku menyesal dengan waktu dan uang yang aku buang-buang. Aku belum bisa melihat Oklahoma, Oslo, Tokyo atau London dengan usahaku sendiri. Aku tidak bisa lagi seperti dulu, dimana papa bisa membanggakan ranking ku di kelas atau nilai raport ku. Aku malu dengan IPK ku sekarang dan terlalu takut tidak bisa cum laude. Tapi kalau aku sudah jadi sarjana nanti, aku janji aku yang traktir papa makan pizza Marzano, gelato cold stone dan sushi tei.

No comments:

Post a Comment